Selasa, 29 Januari 2013

KISAH "JIHAD DAN CINTA" DI JIHAD SURIAH

BIDADARI BUMI ---

Mahmoud al-Halabi pernah menjadi sopir istri menteri Suriah. Sedangkan isterinya , Nour al-Hassan adalah seorang penata rambut.
Pada hari-hari awal pemberontakan Suriah, keprihatinan dari jiwa yang berontak terhadap situasi yang ada membawa mereka bersama-sama. Sejak itu, keduanya terdorong untuk menjadi pejuang dalam pertempuran di kota Aleppo melawan  pasukan Bashar  al-Assad.
Mahmoud, lelaki berumur 28 tahun ikut serta dalam pertempuran di garis depan di lingkungan Sheikh Saeed. Dia dipecat dari pekerjaannya tiga tahun lalu. Dia mengatakan, dia dipenjara dan disiksa oleh rezim selama satu tahun, kemudian dipaksa untuk meninggalkan Suriah.
Tahukah apa kejahatannya? Hanya karena dia telah jatuh cinta dengan seorang putri menteri.
Ia melarikan diri ke Libya, disana dia mempelajari seni ukir batu. Tapi ketika revolusi Libya pecah pada bulan Februari 2011, ia bergabung dengan teman-temannya dalam pertempuran  melawan pasukan Muammar Gaddafi.
“Di sinilah saya belajar sebagian besar keterampilan pertempuran, hingga sekarang saya gunakan dalam memerangi Assad,” kata Mahmoud di Sheikh Saeed, sekarang kelompok ini adalah garis depan oposisi paling aktif di kota Aleppo.
Sedangkan Nour (22) adalah seorang penata rambut di sebuah salon di pusat Aleppo. Dia juga putri seorang pejabat senior di Partai Baath yang berkuasa.
Beberapa bulan  pemberontakan Suriah, Mahmoud kembali ke Aleppo untuk bergabung dengan bangsanya dalam perjuangan melawan Assad.  Sementara Nour berjuang dengan membuat akun Facebook memakai nama samaran dan menjadi aktivis di media sosial,  mengorganisir protes dan kabarkan berita tentang penindasan rezim Assad.
Ketika ayah dan kakaknya, pendukung setia Assad, mengetahui  tentang kegiatan oposisi nya, mereka memukulinya sampai-sampai ia dirawat di rumah sakit. Kisahnya menjadi pembicaraan di kota, dan Mahmoud juga mendengar cerita itu.
“Setelah saya dibebaskan dari rumah sakit, sya terjebak di rumah. Kemudian Mahmoud datang untuk membantu saya lari dari rumah tersebut,” katanya. “Saya tidak mengenalnya dengan baik, tapi saya  percaya bersamanya. Saya benar-benar membelot dari keluarga saya.”

Di garis depan Perjuangan
Keduanya  mulai mengatur protes dan mendistribusikan pamflet anti-rezim. Berawal dari  pemberontakan kemudian berubah menjadi perjuangan bersenjata, mereka berduapun  mendukung itu.
“Kami mulai mengangkut senjata ke lingkungan Salaheddin bersama-sama,  saya mengajarinya bagaimana menggunakan senjata.. Awalnya, saya mengajar dia  hanya untuk perlindungan diri karena ayahnya merencanakan penculikan yang terorganisir padanya dan mencoba untuk membawanya pulang kembali,” kata Mahmoud.
Nour adalah seorang  wanita penembak jitu di garis depan di lingkungan Sheikh Saeed  Aleppo .
“Kemudian ia ingin berpartisipasi dalam pertempuran kami, para lelaki , tetapi pertempuran kami memiliki banyak perkelahian, karena itu akhirnya dia hanya mengikuti perjalanannya saja,” katanya Mahmoud
Nour telah menjadi penembak jitu di garis depan di Sheikh Saeed, di mana pejuang mencoba untuk memukul mundur kembali pasukan rezim dan memblokir jalan utama menuju Bandara Internasional Aleppo.
Baru-baru ini, dia bilang dia telah menembak jatuh seorang sniper dari rezim yang ingin menargetkan pejuang di lingkungannya.
Rekan-rekannya memanggilnya "Abu al-Nour", sebuah julukan maskulin.
“Saya tidak melihat dia sebagai perempuan. Dia adalah salah satu penembak jitu terbaik yang kita miliki di batalyon tersebut. Begitulah cara saya melihatnya,” kata Ahmad, seorang pejuang  Suriah,.
Nour mengatakan dia meninggalkan semua feminitas  di belakang ketika dia pergi ke garis depan.
“Saya tidak merasa seperti seorang wanita apapun ketika saya di sini,” katanya.

‘Demi Allah’
Ketika  pertama melihatnya, Nour tidak dapat dibedakan dari pejuang laki-laki. Mengenakan pakaian lebar, hitam, bersama dengan syal hitam yang menutupi kepala dan wajah serta ikat kepala yang bertuliskan “tidak ada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah nabi-Nya,”. Dia bisa lulus tes pejuang sebagai anggota laki-laki dari Jabhat al-Nusra, memproklamirkan dirinya sebagai mujahid kelompok mujahidin, yang biasanya mengadopsi kode berpakaian yang sama.
Tapi jika melihatnya lebih dekat, pada mata cokelatnya yang besar – satu-satunya bagian yang dibuka dari tubuhnya – memperlihatkan bulu mata panjang layaknya wanita feminin.
Nour mengatakan tidak ada yang menghalangi wanita dari bergabung dengan pertempuran bersenjata, “tetapi mereka yang tidak memiliki dan lemah imanlah yang menghambat untuk tidak berjuang.
Nour dan Mahmoud menikah pada Juli 2012, satu tahun setelah mereka bertemu.
“Ketika saya terluka di medan perang, ia menutupi dan menyeret saya dari garis tempur, dan tiada pejuang lain di batalion yang akan berani melakukan resiko itu.,” Kata Mahmoud.
“Ini adalah saat ketika saya memutuskan dia adalah orang yang tepat. Kami menikah beberapa hari kemudian.” tambah Mahmoud.
Nour mengatakan dia berjuang “demi Allah”, dan tidak akan kembali ke keluarganya.
“Orang tua saya memiliki perisai di  matanya. Mereka tidak dapat melihat kebenaran dan tidak ada yang bisa saya lakukan tentang hal itu.” (ERA MUSLIM)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar