Kamis, 20 Desember 2012

BIDADARI YANG TERHEMPAS CINTA



PERMINTAAN HATI (Noe/Letto)

Noe yang sedang duduk sendiri tiba-tiba disiram bensin dari belakang oleh seorang gadis asing. Noe seketika terkejut bangkit dan berdiri menjauh sambil menuding si gadis....


"Hey!! Ada apa ini?!" teriak Noe.

"Kamu... Kamu jahat...!" pekik si gadis sambil menyalakan pemantik api di tangannya, mengancam tuk membakar Noe.

"Ntar... ntar... ntar....!" seru Noe mencegah, ia sudah basah oleh bensin, sementara pengunjung yang lain hanya diam menyaksiakan ketegangan itu. "Kamu siapa....? Kamu....."

"Aku adalah kamu.... Kita dulu adalah satu!!" pekik si gadis sambil menangis.

"Ntar dulu....! Ntar dulu....!" seru Noe belum mengerti. "Coba kamu jelaskan salah aku apa?!"

"Kamu udah ninggalin aku....! Kenapa, Noe?! Kenapa?!" pekik si gadis, terus menangis.

Satu gambaran  tergambar ketika suatu hari di sebuah lorong Noe melihat seorang lelaki menampar seorang gadis. Dan lelaki itu meninggalkan si gadis yang jatuh terduduk. Noe dari ujung lorong datang mendekati si gadis. Noe turut membantu memunguti buku-buku si gadis.

"Gak sampe dilogika aku, kenapa makhluk yang sangat mulia bernama wanita mau dilakukan kaya gini?" tanya Noe kepada gadis.
"Abis gi mana, udah sayang !!" jawab si gadis hanya tersenyum pasrah.
"Kayak 'drugs', ya! celetuk Noe seraya tersenyum, lalu menghibur, "Tapi bukan berarti gak bisa sembuh, kan?"
Keduanya pun bangkit.
"Aku Noe..."
"Marsha..." gadis itu menjabat tangan perkenalan Noe seraya menatap pemuda keriting di depannya.

Namun sayang, Noe belum juga bisa mengingat siapa gadis yang mengaku Marsha itu.

"Kamu datang tepat di saat aku butuh seseorang yang... Seseorang yang seperti kamu!" pekik Marsha dan terus menangis keras, api masih menyala di tangannya.

"Maafin aku kalau emang aku pernah nyakitin kamu..." ucap Noe berusaha meredakan. "Tapi aku benar-benar gak kenal kamu!"

"Bohong...! Kamu dah ninggalin aku!"

Marsha kian menagis. Lalu ia pun menceritakan....

Maka terkenanglah memori indah di saat-saat ia bersama Noe. Di saat kegersangan melanda hatinya, Noe hadir sebagai angin penyejuk yang mau mendengarkan ceritanya.

Seharusnya mereka bikin satu kata baru...
yang benar-benar bisa ngejelasin apa yang aku rasain ini...
satu kata di atas kata 'sayang'...
di atas kata 'CINTA'...
satu kata yang artinya lebih...
dari semua kata yang pernah ada...
karena kata 'CINTA'...
nggak cukup mewakili apa yang aku rasain sekarang....


Noe yang setia mendengarkan menjawab:


Terlalu berat bagi manusia biasa....
untuk bisa mengerti dan manjalani CINTA
Tapi yang pasti...
perkawinan dan CINTA akan berlangsung selamanya...
karena CINTA itu hakiki


Noe memasukkan cincin ke jari manis Marsha. Kebahagiaan bertabur melengkapi kemesraan yang tumbuh laksana oase di hati.

Namun cerita kenangan indah itu tidak membuat Noe mengenal Marsha.

"Aku bukan apa-apa tanpamu! Aku hilang tanpamu!!" kata Marsha mulai luluh, tangismnya mulai mereda.

"Kasih aku satu alasan...kenapa aku bisa ninggalin makhluk seindah kamu..." kata Noe membuat Marsha kembali menangis, pedih.

Tercatat dalam memori Marsha ketika satu surat datang kapadanya dan berisi untaian kalimat yang penuh bercak darah dari Noe:

Untuk Marsha cahayaku...
enggak ada kata yang bisa aku sampaikan
selain 'maaf' dan 'terima kasih'
sudah memberikan arti di hidupku yang sempit ini

Aku harus pergi...
bukan meninggalkanmu
tapi hanya terlepas darimu

Jika kamu yakin akanku...
maka memang inilah cara terbaik...
untuk dijalankan..

Marsha pun histeris menangis. Ia tidak tahu, bahwa Noe menulis surat itu dengan cucuran darah yang terus keluar dari hidung dan batuknya. Penyakit yang diderita Noe sudah menyampai batas akhir.

"Aku baik-baik saja, aku gak kenapa-kenapa. Maksud kamu apa sih?!" kata Noe setelah mendengar untai cerita kenangan Marsha.

"Kalau aku bisa kembali ke masa lalu, aku akan bunuh kamu sebelum aku bertemu dengan kamu! Dan ternyata permintaan aku dikabulkan!"

"Jadi kamu datang dari masa depan untuk bunuh aku?" tanya Noe seraya tertawa tidak mengerti.

"Kamu gak tahu betapa tersiksanya aku! Tanpa kamu!"

"Maafkan aku atas semua kesalahan yang belum aku perbuat, aku tidak pernah ingin menyakiti siapa pun."

Marsha hanya terus menangis.

Dan Noe pun terbangun dari mimpinya.

(Abu Dzakir)








Tidak ada komentar:

Posting Komentar