Miss Universe
(Oleh, Nuim Hidayat*)
"Ini tubuhku. Terserah mau aku apakan, terserah aku. " (seorang feminis terkenal Jakarta)
Punya tubuh dan muka yang cantik siapa tidak bangga. Banyak gadis --dan juga bukan gadis-- yang memamerkan tubuh elok dan muka moleknya di kamera, panggung-panggung hiburan, pameran-pameran mobil dan lain-lain. Mereka bahagia karena dengan tubuh indah bisa mudah menghasilkan uang.
Punya tubuh dan muka yang cantik siapa tidak bangga. Banyak gadis --dan juga bukan gadis-- yang memamerkan tubuh elok dan muka moleknya di kamera, panggung-panggung hiburan, pameran-pameran mobil dan lain-lain. Mereka bahagia karena dengan tubuh indah bisa mudah menghasilkan uang.
Memang dalam alam kapitalisme, tubuh perempuan adalah satu alat produksi. Tubuh perempuan digunakan seluas-luasnya untuk mengiklankan produk, menghibur para 'pejabat', melayani militer-militer yang kesepian karena tugas di luar negeri dan sebagainya. Maka semakin indah tubuh anda dan cantik muka anda, maka uang akan mengalir mudah. Maka jangan heran, di Paris, New York, London dan Jakarta, perempuan-perempuan yang indah itu banyak mejeng di sana.
Dalam budaya kapitalisme (derivasinya liberalisme), seorang perempuan menjual tubuh dan wajahnya sah adanya. Maka mereka yang cantik-cantik dan bertubuh indah (didominasi kulit putih), menggunakan tubuhnya berlenggak-lenggok ke sana kemari.
Mereka berargumen bahwa tubuh itu karunia Tuhan sah digunakan apapun. Maka bukan hanya fashion show dibudayakan para 'gadis' itu, tapi pelacuran juga ditradisikan. Yakni 'biasanya' selain menjual produk (pakaian, mobil dan lain-lain), tak jarang perempuan-perempuan itu menjual tubuhnya. Karena di dunia 'pameran tubuh' itu biasanya bersliweran orang-orang yang berkantong tebal. Dan para gadis sangat tahu tentang itu.
Maka di sana campur aduk bisnis fashion, bisnis marketing produk dan bisnis jasa tubuh. Para lelaki pebisnis 'the have' sangat menikmati tampilnya perempuan-perempuan di dunia itu.
Maka di sana campur aduk bisnis fashion, bisnis marketing produk dan bisnis jasa tubuh. Para lelaki pebisnis 'the have' sangat menikmati tampilnya perempuan-perempuan di dunia itu.
Para lelaki ini tahu benar bahwa dengan uang wanita akan bertekuk lutut padanya. Dengan uang wanita tercantik di dunia (miss universe, miss world, miss Indonesia?) dan lain-lain bisa dibeli. Mungkin saja ada satu dua wanita yang tidak mau terlibat dalam 'bisnis syahwat syetan' itu, tapi kebanyakan jamak diketahui masyarakat, bahwa dalam 'dunia remang-remang' itu bisnis maksiyat tubuh dihalalkan.
Di dunia itu memang wanita hanya dihargai tubuhnya. Otaknya meski kadang dihargai (pura-pura) hanya kamuflase belaka. Dalam miss-miss an itu pura-puranya diselubungi dengan jargon body, beauty and beautiful. Beauty inside and outside.
Bila kita telisik secara mendalam pameran tubuh wanita --apapun namanya-- adalah membahayakan bagi wanita itu sendiri. Pergelaran pertunjukan tubuh perempuan jelas-jelas menunjukkan perempuan dihargai tubuhnya bukan otaknya. Maka jangan heran yang dilombakan adalah tubuh-tubuh semampai, muka yang cantik dengan berbagai pakaian yang merangsang laki-laki. Pertanyaan-pertanyaan dari juri ketika lomba hanya kamuflase untuk 'menutupi' pameran 'keindahan daging itu'.
Pameran-pameran tubuh semacam ini, disadari atau tidak telah menyebabkan banyak wanita lain minder karenanya. Bahkan bisa jadi mereka stress tiap hari (ringan atau berat), karena tidak punya tubuh atau wajah seperti mereka. Apalagi pameran itu kemudian dengan masif disosialisasikan lewat surat kabar, televisi, bioskop, poster-poster dan lain-lain. Seolah-olah bahwa pameran tubuh wanita adalah sebuah pertunjukan yang mesti diadakan. Ini adalah bisnis yang tidak bisa dihindari dalam masyarakat modern, kata mereka.
Faham kapitalisme dan liberalisme (termasuk di dalamnya sosialisme, karena sosialisme juga menganut liberalisme), memang menyatakan bahwa tubuh manusia adalah milik manusia sendiri. Mau dijual, mau ditindik, mau ditato, bahkan mau dibunuh juga tidak masalah. Maka jangan heran dalam faham ini kematian orang lain --meski dia menjadi penyebabnya-- dianggap 'biasa saja'. Begitu juga bila bila dirinya mati karena terlibat dalam bisnis kotor ini juga dianggap biasa adanya.
Secara psikologis, budaya pamer tubuh ini sebnarnya berbahaya. Baik bagi orang lain --wanita lain dan laki-laki lain-- maupun bagi dirinya sendiri. Orang yang sering memamerkan tubuhnya dihadapan orang lain (dalam istilah Islam dikenal 'riya'), akan cenderung menganggap dirinya paling hebat, paling cantik dan lain-lain, sehingga fikirannya hanya terfokus pada dirinya.
Bila kita telisik secara mendalam pameran tubuh wanita --apapun namanya-- adalah membahayakan bagi wanita itu sendiri. Pergelaran pertunjukan tubuh perempuan jelas-jelas menunjukkan perempuan dihargai tubuhnya bukan otaknya. Maka jangan heran yang dilombakan adalah tubuh-tubuh semampai, muka yang cantik dengan berbagai pakaian yang merangsang laki-laki. Pertanyaan-pertanyaan dari juri ketika lomba hanya kamuflase untuk 'menutupi' pameran 'keindahan daging itu'.
Pameran-pameran tubuh semacam ini, disadari atau tidak telah menyebabkan banyak wanita lain minder karenanya. Bahkan bisa jadi mereka stress tiap hari (ringan atau berat), karena tidak punya tubuh atau wajah seperti mereka. Apalagi pameran itu kemudian dengan masif disosialisasikan lewat surat kabar, televisi, bioskop, poster-poster dan lain-lain. Seolah-olah bahwa pameran tubuh wanita adalah sebuah pertunjukan yang mesti diadakan. Ini adalah bisnis yang tidak bisa dihindari dalam masyarakat modern, kata mereka.
Faham kapitalisme dan liberalisme (termasuk di dalamnya sosialisme, karena sosialisme juga menganut liberalisme), memang menyatakan bahwa tubuh manusia adalah milik manusia sendiri. Mau dijual, mau ditindik, mau ditato, bahkan mau dibunuh juga tidak masalah. Maka jangan heran dalam faham ini kematian orang lain --meski dia menjadi penyebabnya-- dianggap 'biasa saja'. Begitu juga bila bila dirinya mati karena terlibat dalam bisnis kotor ini juga dianggap biasa adanya.
Secara psikologis, budaya pamer tubuh ini sebnarnya berbahaya. Baik bagi orang lain --wanita lain dan laki-laki lain-- maupun bagi dirinya sendiri. Orang yang sering memamerkan tubuhnya dihadapan orang lain (dalam istilah Islam dikenal 'riya'), akan cenderung menganggap dirinya paling hebat, paling cantik dan lain-lain, sehingga fikirannya hanya terfokus pada dirinya.
Ia sadar atau tidak, telah menanamkan racun berbahaya 'egoisme' pada dirinya. Sehingga ia akhirnya tidak peduli orang lain dan terus ingin menikmati hiburan untuk dirinya. Maka jangan heran ketika para gadis itu berlimpah uang di bisnis tubuh itu, mereka juga terjerat dalam minuman alkohol, ectassy, perzinahan dan lain-lain.
Dalam Islam orang-orang seperti itu telah terjerat dengan perangkap Iblis/Syetan. Dan sifat iblis adalah api. Yakni selalu tidak puas dengan kenikmatan yang telah dicapai. Ketika sudah menikmati uang banyak kemudian berzina (hubungan laki-laki dan perempuan tanpa nikah yang sah menurut Islam).Tidak puas zina meneguk minuman alkohol. Tidak puas minuman keras menelan pil ectassy.
Dalam Islam orang-orang seperti itu telah terjerat dengan perangkap Iblis/Syetan. Dan sifat iblis adalah api. Yakni selalu tidak puas dengan kenikmatan yang telah dicapai. Ketika sudah menikmati uang banyak kemudian berzina (hubungan laki-laki dan perempuan tanpa nikah yang sah menurut Islam).Tidak puas zina meneguk minuman alkohol. Tidak puas minuman keras menelan pil ectassy.
Maka jangan heran banyak pekerja-pekerja fashion show atau 'artis' dan lain-lain terlibat dalam jaringan yang mengerikan itu. Dan biasanya mereka yang telah terlibat di sana, mereka sulit untuk pergi. Karena kekhawatiran minusnya uang, hilangnya hidup yang enak dan lain-lain. Sifat syahwat syetan ini memang terus menerus membius hingga orang bisa mati atau bunuh diri karena. Maka kita saksikan berapa banyak mereka yang terlibat dalam bisnis ini mati karena obat, ectassy atau lainnya.
Walhasil jauhi atau hilangkan bisnis syetan ini, bila kita mau menghargai wanita sebagai manusia bukan sebagai benda yang tidak punya akal dan jiwa. Marilah kita membangun peradaban yang menjauhi zina bukan peradaban yang mendekati zina! Walaa taqrabuzzinaa innahuu kaana fahisyataw wasaa'a sabiila. Dan janganlah kamu dekati zina, karna zina itu jalan yang keji dan seburuk-buruknya jalan.
Walhasil jauhi atau hilangkan bisnis syetan ini, bila kita mau menghargai wanita sebagai manusia bukan sebagai benda yang tidak punya akal dan jiwa. Marilah kita membangun peradaban yang menjauhi zina bukan peradaban yang mendekati zina! Walaa taqrabuzzinaa innahuu kaana fahisyataw wasaa'a sabiila. Dan janganlah kamu dekati zina, karna zina itu jalan yang keji dan seburuk-buruknya jalan.
*Penulis Buku-buku Islam dan Dosen STID Mohammad Natsir
(EraMuslim)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar