Rabu, 12 Oktober 2011

DI SAAT ISTERI MENOLAK AJAKAN ….. SUAMI

Rasulullah صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ telah bersabda:"Apabila seorang lelaki memanggil isterinya ke tempat tidur, kemudian si isteri tidak mendatanginya, lalu suaminya semalaman marah terhadapnya, maka para malaikat melaknatinya sampai pagi hari." (Muttafaq 'alaih).

"Apabila seorang lelaki memanggil isterinya karena ia memerlukannya, hendaklah si isteri memenuhi panggilannya, meskipun ia sedang berada di dapur." (HR. Syaikhain dan Tirmidzi).
"Demi Tuhan yang diriku berada dalam genggaman kekuasaan-Nya, tidaklah sekali-kali seorang suami mengajak isterinya ke peraduan, lalu isteri itu menolak, melainkan semua makhluk yang ada di langit murka terhadapnya hingga suaminya memaafkannya."  (HR. Syaikhain).
Hadits-hadits shahih berkenaan dengan masalah ini, semuanya menegaskan keharusan bagi seorang isteri untuk taat kepada suaminya bila suami mengajaknya ke tempat tidur. Juga menegaskan bahwa Allah akan murka terhadap sang isteri, demikian pula mara malaikat-Nya, bila ia tidak memenuhi panggilan suaminya, betapapun kesibukan yang sedang dijalaninya, sebagaimana yang diungkapkan oleh hadits: "Meskipun ia sedang berada di dapur."
Wahai Ukhti, Anda harus mengetahui bahwa apa yang Anda inginkan dari suami Anda agar dia memperlakukan Anda dengan perlakukan yang baik, mesra, lagi penuh kelembutan, erat sekali kaitannya dengan pemenuhan kebutuhan seksnya. Oleh karena itu, tidak dapat diterima pengaduan seorang isteri yang mengeluh karena perlakuan kasar dan sikap keras suami terhadapnya, bila isteri yang bersangkutan selalu menolak ajakan suaminya ke peraduan.
Wahai Ukhti, Cemburu merupakan salah satu faktor yang mendorong pihak isteri berkeluh-kesah terhadap sikap suami mereka yang selalu melirik kepada selain mereka dan tertarik kepada wanita lain. Kecemburuan inilah yang banyak menjerumuskan kehidupan berumah tangga ke dalam berbagai macam perselisihan yang sebagiannya berakhir dengan perceraian. Sahabat Rasulullah صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ , Abdullah bin Ja'far radhiyallahu 'anhu mewanti-wanti kepada puterinya: "Hindarilah olehmu cemburu, karena sesungguhnya kecemburuan itu adalah kunci dari perceraian."

Penyebab-penyebab kecemburuan ini kebanyakan akan lenyap dengan sendirinya manakala pihak isteri senantiasa memenuhi ajakan suaminya, karena suami telah terpuaskan kebutuhan biologisnya dengan sikap isterinya yang selalu siap melayaninya.
Dibenarkan oleh hadits Rasulullah صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ :
"Apabila seorang di antara kalian merasa kagum melihat kecantikan wanita lain hingga membuatnya tergiur, maka hendaklah ia segera menemui isterinya dan menyetubuhinya, karena sesungguhnya hal ini dapat meredam birahinya." (HR. Muslim).

Adanya kalaim dari sebagian kaum wanita yang bersepsi bahwa seruan yang menganjurkan kepada kaum wanita agar bersikap  selalu memenuhi ajakan suami manakala sang suami membutuhkan mereka, tidak lagi sesuai dengan norma kemanusiaan dan sama dengan melecehkan harga diri mereka. Tidak diragukan lagi bahwa klaim ini merupakan hal yang keliru. Merebaknya persepsi ini jelas sebagai akibat dari pengaruh media informasi cetak atau elektronik yang menyebar-luaskannya.
Insting seks yang ada dalam diri manusia sama dengan insting lainnya, seperti halnya rasa lapar. Pemenuhan kebutuhan biologis di sini bukan hanya untuk kepentingan suami, bahkan menyangkut kepentingan kedua belah pihak.
Kita tidak akan menjumpai suatu syari'at atau undang-undang yang menyebut hubungan seks antara suami-isteri sebagaimana Islam menyebutkannya.. Islam menyebutkannya sebagai aktivitas yang mendatangkan pahala bagi kedua belah pihak.
Berbagai studi dan penelitian menguatkan bahwa suami yang menggauli isterinya terlebih dahulu sebelum kepergiannya ke tempat bekerja, terbukti lebih produktif dan lebih kreatif serta lebih sukses di harinya di bandingkan dengan hari-hari lain yang tanpa senggama terlebih dahulu. Demikian pula hubuingannya dengan teman-teman, para pemimpin, dan bawahan kantornya jauh lebih supel dan lebih serasi.
Wahai Ukhti, ingatlah, jika Anda menaati suami Anda, berarti sama halnya menaati Allah dan Rasul-Nya.Sikap ini cukup membuat dada Anda lapang dan tidak merasa sempit lagi serta jiwa Anda menjadi tenang dan tidak dirundung oleh kecemasan lagi.
(Abu Dzakir: "nasehati aku")

Tidak ada komentar:

Posting Komentar