Jumat, 29 Juni 2012

MENGAIL HIKMAH DARI KISAH PELACUR



 



SETIAP manusia pasti akan terjatuh ke dalam dosa. Itu sebabnya Allah memerintahkan segenap hamba-Nya untuk bertaubat dan meminta ampun kepada-Nya dengan taubat yang jujur. Allah mengabarkan kegembiraan-Nya yang besar atas taubat para hamba-Nya dan dengan taubat itulah mereka akan mendapatkan keberuntungan di dunia dan di akhirat.

Tak terkecuali Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam, juga mendapatkan perintah itu dan beliau adalah makhluk yang paling sempurna dalam menjalankan perintah ini. Beliau meminta ampun kepada Allah 100 kali dalam sehari, padahal semua dosa beliau—yang telah lalu dan yang akan datang—telah diampuni oleh Allah. Bagaimana dengan kita?
Alkisah, hiduplah seorang perempuan yang sangat cantik di zaman Bani Israil. Konon, dia memiliki sepertiga dari kecantikan wanita di dunia. Tetapi sayang, kecantikannya tidak membuat perempuan itu bersyukur. Dia malah menantang Allah dengan menjual diri.
Pada suatu hari, ketika dia sedang berada di dalam rumah, lewatlah seorang pemuda ahli ibadah di depan rumahnya. Ketika pemuda itu menoleh ke arah rumah tersebut, seketika itu juga terkesiaplah dia oleh kecantikan wanita di dalamnya.
Dalam hati, dia berjanji akan melakukan sesuatu untuk mendapatkan wanita itu. Si pemuda itu lalu menanyakan tarif untuk bisa tidur dengannya. Saat mendengar sebuah angka saratus dinar, dia pun terbelalak. Tetapi, pemuda itu bertekad akan bekerja keras demi hawa nafsunya.
Singkat cerita, sang pemuda mulai meninggalkan tempat peribadatannya dan bekerja apa pun asal memperoleh uang. Siang malang tak dirasakannya. Berhari-hari, berminggu-minggu hingga hitungan bulan, sampai terkumpul uang lebih dari cukup.
Keesokan harinya, dia pun bergegas menuju rumah si perempuan itu. Sesampainya di dalam kamar, perempuan itu segera naik ke atas ranjang. “Apa yang kau lihat, lekaslah kemari!” Ajak wanita itu. Sang pemuda kaget mendengar ajakannya. Napasnya memburu. Dia mundur teratur ke arah pintu. Hatinya bergetar. Jiwanya berperang antara nafsu dan bisikan hatinya. “Biarkan aku pergi!” Kata lelaki ahli ibadah itu memohon.
“A…..ku takut kepada Allah.” Kata sang pemuda yang serta merta membuat wanita itu tertunduk. Selama menjalani profesinya, dia belum pernah mendapati tamu aneh seperti itu. Si wanita berpikir, kalau lelaki itu belum berbuat apa-apa sudah takut kepada Allah, kenapa dia yang telah berlumuran noda dan dosa tidak merasakan apa yang pemuda itu rasakan. “Sungguh, dosaku telah bertumpuk-tumpuk.” Katanya lirih. Dalam hati wanita itu berniat akan bertaubat dan menjalani kehidupan yang normal.
Sejak saat itu, wanita itu meninggalkan segalanya. Harta melimpah dan kenikmatan dunia ia tanggalkan semuanya demi mencari ridha dan ampunan dari-Nya. Sepenggal kisah luar biasa yang sarat makna dan sinar pencerahan.
Kisah di atas hendaknya menggugah nurani kita, bahwa tidak kata terlambat dalam bertaubat atau jangan sampai berputus asa oleh tumpukan dosa. Seseorang mungkin berkata, ”Aku ingin bertaubat, namun dosaku terlalu banyak.” Allah menjawab kalimat tersebut di dalam al-Quran:
 “Katakanlah: Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah.
Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” [Az-Zumar: 53].

Karena itu, dengan bercermin pada sikap pemuda dalam cerita tadi, senyatanya kita berfikir dua kali saat ingin berbuat dosa. Sementara, di sisi lain, masih banyak orang yang enggan bertaubat karena merasa sok suci. Padahal Allah telah mengingatkan orang semacam itu,  
“Maka janganlah kamu mengatakan dirimu suci. Dialah yang paling mengetahui orang yang bertakwa.”[QS.. An-Najm: 32].

Kiranya pernyataan Ibnu Mas’ud ra dapat dijadikan ilustrasi: “Orang beriman melihat dosanya seolah-olah dia sedang duduk di bawah gunung dimana ia takut gunung itu akan menimpanya, namun orang yang sombong menganggap dosanya ibarat seekor lalat yang terbang melewati hidungnya kemudian ia mengusirnya. [HR. al-Bukhari].
Buku ini memuat kisah-kisah nyata tentang kehidupan anak manusia dalam menapaki hidup yang serba fana ini. Selain kisah tentang “Taubatnya Seorang Pelacur”, penulis juga mengangkat kisah para tokoh seperti “Kisah Ibnu Mas’ud yang Pemberani”, “Kesederhanaan Umar bin Abdul Aziz”, “Kebijaksanaan Ali bin Abi Thalib”, “Nusaibah bin Ka’ab; Prajurit Wanita yang Pemberani” dan sebagainya. Menyimak buku ini terasa menghirup udara segar yang membangunkan kesadaran kita agar selalu tampil lebih baik di hadapan Allah Subhana WaTa'ala.
Aneka cerita dalam buku ini enak dibaca dari mana saja, sebab kisah yang ditampilkan tidak punya alur satu sama lainnya. Isinya berhasil memotret perilaku dan ekspresi ragam manusia yang bergulat dengan segala problema kehidupan sehari-hari. Pembacaan penulis terhadap fenomena yang ada cukup tajam dan lugas dengan gaya bahasa naratif yang lancar, bernada ceria, dan jauh dari kesan menggurui.

Ahmad FatoniPengajar Bahasa Arab Universitas Muhammadiyah Malang

Tidak ada komentar:

Posting Komentar